KBRN, Sampang: Seorang penderita kesembuhan tuberculosis (TB) kebal obat berhasil sembuh setelah dua tahun perjuangan berat pengobatan tanpa putus obat.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang harus segera diobati, bila tidak diobati dengan benar bakteri mycobacterium tuberculosis akan menyebar ke organ lain dan berpotensi mengancam jiwa penderitanya.
Ada dua jenis TB paru yaitu yang Sensitif Obat (TB SO) dengan pengobatan rutin selama enam bulan, dan yang kebal obat atau Resisten Obat (TB RO) harus menjalani pengobatan rutin selama 9 – 24 bulan.
Badi penderita TB RO asal desa Tobai Barat kecamatan Sokobanah Sampang menceritakan dalam program Ngobrol Komunitas RRI Pro1 Sampang. Selasa (24/9/2024) dirinya berhasil melalui masa-masa berat pengobatan TB yang dideritanya.
“Minum obat TB RO itu sangat berat, banyak efek samping yang cukup membuat saya stress sampai hampir menyerah, tapi saya ingin sembuh,” tutur Badi.
Badi menambahkan, efek samping obat TB RO yang dirasakannya macam-macam, mulai mual, muntah, kulit menghitam, gatal pada kulit, nyeri dan panas pada sekujur badan, rambut tidak sehat menjadi kering patah dan rontok, serta mengalami pusing, gangguan penglihatan. Dirinya sangat bersyukur dapat melalui pengobatan tanpa putus obat kembali.
“Efek samping ini tidak sehari dua hari tapi menetap selama enam bulan, setelah itu lancar sampai bulan ke 23 pengobatan dan sembuh,” tambah Badi.
Sementara itu, koordinator komunitas peduli TB Yabhysa Sampang Sintya Dewi mengatakan, efek samping TB RO yang didampingi komunitasnya memang cukup berat, gangguan yang dirasakan bisa berbeda pada tiap orang tergantung pada kondisi badan masing-masing pasien. Selain gangguan yang dialami Badi, sebagian pasien dapat mengalami gangguan pendengaran, halusinasi, gangguan terberat kadar darah merah HB drop, gangguan fungsi liver dan ginjal yang mana harus segera mendapatkan penanganan lanjutan.
“Meskipun efek samping cukup berat, tapi harus tuntas pengobatan agar sembuh dan yang terpenting tidak menularkan TB kebal obat kepada orang lain.” tegas Sintya
